Stres selama kehamilan ternyata dapat berdampak pada kesehatan anak yang masih dalam kandungan. Salah satu risiko yang mungkin terjadi adalah peningkatan risiko epilepsi pada anak.
Epilepsi adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan kejang yang tidak terkendali. Penyebab pasti epilepsi belum diketahui secara pasti, namun beberapa faktor risiko telah diidentifikasi, termasuk faktor genetik, cedera otak, infeksi, dan stres.
Studi telah menunjukkan bahwa stres selama kehamilan dapat memengaruhi perkembangan otak janin, yang kemudian dapat meningkatkan risiko epilepsi pada anak. Stres yang dialami ibu selama kehamilan dapat memicu pelepasan hormon stres, seperti kortisol, yang dapat melewati plasenta dan memengaruhi perkembangan otak janin.
Selain itu, stres juga dapat mengganggu aliran darah ke plasenta, yang dapat menyebabkan kekurangan oksigen dan nutrisi bagi janin. Hal ini dapat memengaruhi perkembangan sistem saraf janin dan meningkatkan risiko gangguan neurologis, termasuk epilepsi.
Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk mengelola stres dengan baik selama kehamilan. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi stres selama kehamilan antara lain adalah dengan berolahraga secara teratur, beristirahat yang cukup, mengkonsumsi makanan sehat, dan melakukan teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga.
Selain itu, penting juga bagi ibu hamil untuk mendapatkan dukungan sosial yang cukup dan berkonsultasi dengan dokter atau bidan secara teratur untuk memantau perkembangan kesehatan ibu dan janin.
Dengan mengelola stres selama kehamilan dengan baik, diharapkan risiko epilepsi pada anak dapat dikurangi. Kesehatan dan kesejahteraan ibu dan janin selama kehamilan sangat penting untuk mencegah berbagai masalah kesehatan yang dapat terjadi pada anak di kemudian hari.